Langka, 3 Kuliner Tradisional Aceh Ini Cuma Ada Saat Ramadhan
Dan di Aceh, ada kuliner yang hanya ada ketika Ramadan. Di samping nyaris tidak dijual di pasaran pada bulan-bulan biasa, orang-orang yang terampil mengolahnya juga sudah mulai jarang. Berikut ini tiga kuliner langka tersebut.
1. Sambai oen peugaga
Bahan baku makanan ini terdiri dari racikan 44 dedaunan yang tumbuh hidup di Aceh. Diyakini,makanan ini menjadi favorit bagi indatu atau leluhur yang telah ada pada masa zaman kerajaan Aceh. Sambai oen peugaga, yang berarti sambal daun pegagan merupakan sajian kuliner yang sudah turun temurun dilestarikan. Meski berlabel sambal, makanan ini pada dasarnya menyerupai urap Aceh.
Lalapan menu makanan tradisional yang unik tersebut, biasanya disantap dengan taburan kelapa parut. Rasa yang khas, membuatnya sering jadi menu yang digemari untuk berbuka puasa.Setiap jenis daun yang digunakan dalam meracik sambai oen peugaga memiliki khasiat tersendiri. Jenis daun itu, di antaranya daun jeruk purut, mengkudu, peugaga, sigeuntot, lawah dan puluhan jenis lainnya. Namun sekarang tak mudah mendapatkan 44 jenis daun itu, sehingga dijualnya pun hanya saat Ramadan tiba.
2. Kanji rumbi
Kuliner ini berbentuk seperti bubur ayam. Bahan baku utamanya adalah beras. Sebagai pendampingya, ada ayam, udang rebus, dan beragam rempah terbaik milik bumi Serambi Mekah. Sementara bumbunya, ada ketumbar, merica, jahe, pekak, adas manis, kayu manis, bawang merah, dan biji pala.
Untuk menghasilkan Kanji Rumbi terbaik, beras disangrai sampai kuning dan ditumbuk halus. Langkah berikutnya, beras direbus hingga menjadi bubur. Di dalam rebusan bubur tersebut, bumbu lalu dimasukkan dalam keadaan terbungkus kain tipis. Serupa beras, ayam juga direbus hingga empuk. Bila semua sudah matang, lalu disajikan dengan taburan bawang goreng. Kadang untuk menambah kelezatan, bisa ditambah suwiran ayam atau udang.
3. Ie bu peudah
Ie bu peudah adalah makanan sejenis bubur yang dimasak dari berbagai ramuan dan diolah dari 44 macam jenis dedaunan hutan, di antaranya daun peugaga, capa, oen tahe, muling dan sebagainya. Namun daun yang digunakan harus yang masih muda.
Lalu, ramuan itu dimasak dengan campuran lada, kunyit, lengkuas, dan bawang putih. Adonan rempah ini kemudian dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut. Rempah yang digunakan sebagai bumbu akan terasa sedikit pedas. Karena itu, makanan ini disebut ie bu peudah atau air nasi pedas.
Makanan khas Aceh Besar ini sudah turun temurun dilestarikan. Bahkan setiap desa selalu memasak ie bu peudah di masjid, lalu dibagikan ke masyarakat. Tak ketinggalan, budaya gotong-royong menjadi kunci dalam memasak ie bu peudah.
Makanan ini sangat jarang dijual di pasaran. Namun, jika anda ingin mencicipinya, setiap masjid di wilayah Aceh Besar selalu memasak ie bu peudah selama Ramadan dan dibagiakan ke masyarakat sekitar secara gratis
Sumber: https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kuliner/1147898-langka-3-kuliner-tradisional-aceh-ini-cuma-ada-saat-ramadan
Sumber: https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kuliner/1147898-langka-3-kuliner-tradisional-aceh-ini-cuma-ada-saat-ramadan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar